MATERI KOMPUTER DAN JARINGAN DASAR KD 3.12
DOWNLOAD
A.
URAIAN
MATERI PERTEMUAN 1
1.
IP ADDRESS
IP Address adalah alamat atau
identitas logis yang unik dari sebuah komputer atau host dalam sebuah jaringan.
Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan identitas yang
universal bagi setiap interface komputer. Jika suatu komputer memiliki lebih
dari satu interface (misalkan menggunakan dua ethernet) maka kita harus memberi
dua IP address untuk komputer tersebut masing-masing untuk setiap interfacenya..
IP Address yaitu pengalamatan secara logis (logical
addressing) berbeda dengan pengalamatan pada datalink layer dimana
pada layer ini terdapat pengalamatan secara fisik (physical
addressing) yang dikenal dengan MAC Address. Dimana MAC Addres ini diberikan
secara unik dan khusus oleh vendor pembuat hardware. IP Address menggunakan format desimal dan memiliki
panjang 32 bit (IPv4) dan 128 bit (IPv6).
a) Format
Penulisan IP Address
IP
address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik
setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat
dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi
IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai 11111111.11111111.
11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk
digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing
dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”.
Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh
hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Desimal
|
167
|
205
|
206
|
100
|
Biner
|
10100111
|
11001101
|
11001110
|
01100100
|
Tabel 1.1 Hubungan IP Address dalam format Biner dan
Desimal
b) Pembagian
Kelas IP Address
Jumlah
IP Address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4
milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di
seluruh dunia. Pembagian kelaskelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP
Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu. IP
Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni
bagian
network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi
suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk
identifikasi host dalam subnetsuatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung
dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit
bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap,
bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu
kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah
pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan
namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D
dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast
dan kelas E untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol
menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP
Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :
1)
KELAS
A
Bit
pertama IP Address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang
host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari
0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat
menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan
untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat
dilukiskan pada gambar berikut ini :
0-127
|
0-255
|
0-255
|
0-255
|
0nnnnnnn
|
hhhhhhhh
|
hhhhhhhh
|
hhhhhhhh
|
Tabel 1.2 IP
Address Kelas A
2)
KELAS
B
Dua
bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai
antara 128-191.Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host
ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, network ID
= 192.168 dan host ID = 26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP
dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network
dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.
128-191
|
0-255
|
0-255
|
0-255
|
10nnnnnn
|
nnnnnnnn
|
Hhhhhhhh
|
hhhhhhhh
|
Tabel 1.3 IP
Address Kelas B
3)
KELAS
C
IP
address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN.
Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri 24 bit
dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network
dengan masing-masing network memiliki 256 host.
192-223
|
0-255
|
0-255
|
0-255
|
110nnnnn
|
Nnnnnnnn
|
nnnnnnnn
|
Hhhhhhhh
|
Tabel 1.4 IP
Address Kelas C
4)
KELAS
D
IP
address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara
224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group
yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah
network ID dan host ID.
5)
KELAS
E
IP
address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP
address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.
c) Address
Khusus
Selain
address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan
untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host.Address
tersebut adalah :
1) Network
Address. Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan
Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B 192.168.9.35. Tanpa
memakai subnet (akan diterangkan kemudian), network address dari host ini
adalah 192.168.0.0.
Address
ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0.
Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi routing pada Internet. Router
cukup melihat network address (192.168) untuk menentukan ke router mana
datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses
pengantaran surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan
pada alamat surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur
mana yang harus ditempuh surat tersebut.
2)
Broadcast
Address. Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus
diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui,
setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari host
yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya
host tujuan saja yang memproses datagram tersebut,sedangkan host lain akan
mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada
seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat
replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan
meningkat dan beban kerjas host pengirim bertambah, padahal isi
datagram-datagram tersebut sama.Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast
address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada
pada network akan menerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada
network yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan address
tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP address untuk host tertentu.
3)
Multicast
Address. Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk
komunikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast.Artinya,
datagram / paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya host
yang memiliki IP Address sama dengan destination address pada datagram yang
akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika
datagram ditujukan untuk seluruh host pada suatu jaringan, maka field address
tujuan ini akan berisi alamat broadcast dari jaringan yang bersangkutan. Dari
dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga.
Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberap
host sekaligus (host group), dengan hanya mengirim satu
datagram saja. Namun berbeda dengan mode
broadcast, hanya host-host yang tergabung dalam suatu group saja yang akan
menerima datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karen
itu, dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang
menjalankan aplikasi bersama mendapatkan satu multicast address. Struktur kelas
multicast address dapat dilihat pada gambar berikut :
224-239
|
0-255
|
0-255
|
0-255
|
1110xxxx
|
xxxxxxxx
|
xxxxxxxx
|
Xxxxxxxx
|
Tabel 1.5 Struktur
kelas multicast address
Untuk
keperluan multicast, sejumlah IP Address dialokasikan sebagai multicast
address. Jika struktur IP Address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
(bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255), maka IP Address merupakan
multicast address. Alokasi ini ditujukan untuk keperluan group, bukan untuk
host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah host-host yang ingin
bergabung dalam group tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan
di satu subnet. namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyerupai suatu
backbone, maka jaringan multicast ini dikenal pula sebagai Multicast Backbone
(MBone).
d)
Aturan Dasar Pemilihan network ID dan
host ID
Berikut adalah aturan-aturan dasar
dalam menentukan network ID dan host ID yang digunakan :
Ø
Network
ID tidak boleh sama dengan 127
Network
ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address yang digunakan
oleh suatu komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
Ø
Network
ID dan host id tidak boleh sama dengan 255
Network
ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat
yang mewakili seluruh jaringan.
Ø
Network
ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP
address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network
digunakan untuk menunjuk suatu jaringan bukan suatu host.
Ø
Host
ID harus unik dalam suatu network.
Dalam
suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama
e) Subnet Mask
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa alamat IP terdiri dari 2 bagian, yaitu alamat
jaringan dan alamat host. Subnet mask atau netmask digunakan untuk menentukan bagian
manakah dari sebuah alamat yang merupakan alamat jaringan dan bagian manakah
yang merupakan alamat host. Subnet mask direpresentasikan dengan nilai 1 dan 0
dimana bagian dengan nilai 1 merepresentasikan alamat jaringan sedangkan yang
memiliki nilai 0 merupakan alamat hostnya, untuk mempermudah maka
direpresentasikan dalam bentuk desimal. Tidak semua jaringan membutuhkan
subnet, dalam hal ini berarti jaringan tersebut menggunakan sebuah subnet mask
default. Tabel dibawah ini menunjukkan subnet mask default untuk masing-masing
kelas A, B, dan C. Subnet default untuk masing-masing kelas ini tidak dapat
diubah. Maksudnya adalah kita tidak bisa menggunakan sebuah subnet 255.0.0.0
untuk sebuah kelas B, jika kita mencobanya maka alamat tersebut akan menjadi
tidak valid.
Kelas
|
Format
|
Subnetmask
Default
|
A
|
N.H.H.H
|
255.0.0.0
|
B
|
N.N.H.H
|
255.255.0.0
|
C
|
N.N.N.H
|
255.255.255.0
|
Tabel 1.6 Subnetmask
Default
Sebagai contoh, untuk alamat IP 192.168.1.10 dengan subnet mask
255.255.255.0, berarti alamat jaringan dari IP tersebut adalah 192.168.1.0,
sedangkan alamat hostnya adalah 0.0.0.10.
2. SUBNETTING
Dalam sebuah jaringan komputer,
sekelompok komputer dan peralatan jaringan yang memiliki routing
prefix IP address yang sama dinamakan sebuah subnetworks atau subnet. Dengan
menggunakan subnetting, sebuah jaringan yang besar bisa dipecah dan dibentuk menjadi sebuah
jaringan-jaringan yang lebih kecil. Proses tersebut dinamakan dengan subnetting.
Subnetting memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
Ø
Berkurangnya lalu lintas jaringan. Untuk mengkomunikasikan
beberapa subnet dalam
sebuah jaringan, maka kita harus menggunakan sebuah router. Dengan adanya
router, maka
semua lalu lintas hanya akan berada didalam jaringan tersebut, kecuali jika paket tersebut
ditujukan kepada jaringan yang lainnya.
Ø
Kerja
jaringan yang optimal. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya lalu lintas jaringan
Ø
Pengelolaan
yang sederhana. Akan lebih mudah bagi kita untuk mengelola sebuah jaringan
kecil-kecil yang saling terisolasi jika dibandingkan dengan mengelola sebuah
jaringan tunggal yang sangat besar
Ø
Membantu
pengembangan jaringan dengan jarak geografis yang jauh. Karena jalur dalam WAN
yang lebih lambat dan mahal, maka sebuah jaringan yang mencakup jarak yang jauh
akan menciptakan masalah masalah diatas. Sehingga menghubungkan banyak jaringan
kecil akan menjadi lebih efisien
Subnetting dapat dianalogikan seperti
dalam kehidupan sehari hari misalkan sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto
terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah
Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah
di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Gambar
1.1 Analogi Subnetting dalam kehidupan sehari – hari (1)
Ketika rumah di wilayah itu makin
banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah
kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang
diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri.
Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi
transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam
mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Gambar
1.2 Analogi Subnetting dalam kehidupan sehari – hari (2)
Pada sebuah jaringan yang besar, tanpa
adanya subnetting, lalu lintas paket dalam jaringan bisa mencapai nilai
rata-rata yang cukup tinggi, yang banyak disebabkan oleh terjadinya collision
pada sebuah jaringan Ethernet. Selain itu. subnetting membantu juga dalam mengatasi
masalah keterbatasan jumlah host dalam IPv4, dimana jumlah maksimal alamat IP
yang dimungkinkan adalah sebanyak 232 alamat IP. Mengingat bahwa
setiap mesin yang terhubung ke dalam internet haruslah memiliki alamat yang
unik, maka jika dilihat maka jumlah tersebut tidak mungkin akan cukup untuk
seluruh mesin yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, jika dilihat dari posisinya
didalam sebuah jaringan, sebuah alamat IP dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Ø
IP
publik yaitu alamat IP yang langsung terhubung kedalam internet, dimana IP
tersebut bersifat unik di keseluruhan jaringan internet.
Ø
IP
private yaitu alamat IP yang bersifat tidak umum, yang hanya dikenali oleh
jaringan lokal saja. Agar dapat terhubung ke internet dibutuhkan beberapa
server yang bisa digunakan untuk mengkonversi alamat kita sehingga terhubung
kedalam internet
3. CIDR
CIDR
(Classless InterDomain Routing (CIDR)) merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk mengkategorikan alamat IP dengan tujuan untuk mengalokasikan alamat IP
kepada pengguna dan untuk efisiensi dalam proses routing paket-paket IP di
dalam jaringan komputer. Metode ini biasanya digunakan oleh Internet Service
Provider (ISP) untuk mengalokasikan alamat kepada sebuah rumah, perusahaan atau
ke seorang pelanggan. Ketika kita menerima sebuah blok alamat dari ISP, umumnya
kita akan menerima dalam bentuk 192.168.1.10/28. Maksud dari angka-angka tersebut
adalah bahwa kita berada pada subnet 28. Hal ini berarti kita menggunakan
sebanyak 28 angka 1 pada netmask (11111111.11111111.11111111.11110000) atau
berarti subnet mask kita adalah menjadi 255.255.255.240. Notasi CIDR juga mempresentasikan
subnetmask, yang biasanya menggunakan tanda “/” di belakang sebuah alamat IP
dan diiikuti oleh angka yang menyatakan jumlah angka 1 dari netmasknya, sebagai
contoh : 192.168.1.10/24 Alasan adanya CIDR adalah seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu hanya ada 3 kelas penggolongan alamat IP.
Dimana
masing-masing kelas memiliki jumlah maksimal alamat tertentu. Ambil sebuah
contoh dimana sebuah organisasi dengan jumlah komputer yang harus terhubung ke
jaringan adalah sebanyak 1000 komputer. Jika digunakan kelas C, yang maksimal
adalah 256 host, maka jumlah tersebut tidak cukup untuk mengalamati seluruh
komputer tersebut. Jika kita gunakan kelas B, yang maksimal jumlah hostnya
adalah 65536, maka sisanya sangat banyak dan akan terbuang percuma yang berakibat
tidak efisiennya proses routing. CIDR menggunakan VLSM (Variable-Length Subnet
Masks) untuk mengalokasikan alamat IP sesuai dengan kebutuhannya, daripada menggunakan
mengikuti aturan-aturan kelas-kelas A, B dan C dalam jaringan. Sehingga
pembagian jaringan atau host dapat dilakukan dengan menggunakan pada semua bit
yang ada pada alamat. Perlu diingat bahwa penggunaan subnet mask maksimal adalah
/30, karena sebuah jaringan paling tidak harus menyimpan dua buah bit sebagai
bit dari host. Dan dalam sebuah jaringan, tidak semua alamat bisa kita gunakan
sebagai alamat host. Setidaknya terdapat dua buah alamat tidak bisa kita
gunakan, yaitu alamat pertama yang akan menjadi alamat jaringan tersebut dan
alamat terakhir yang akan menjadi alamat broadcast dari jaringan tersebut.
IP
/ CIDR
|
Subnetmask
|
Jumlah
host
|
x.x.x.x
/ 30
|
255.255.255.252
|
4
|
x.x.x.x
/ 29
|
255.255.255.248
|
8
|
x.x.x.x
/ 28
|
255.255.255.240
|
16
|
x.x.x.x
/ 27
|
255.255.255.224
|
32
|
x.x.x.x
/ 26
|
255.255.255.192
|
64
|
x.x.x.x
/ 25
|
255.255.255.128
|
128
|
x.x.x.x
/ 24
|
255.255.255.0
|
256
|
x.x.x.0
/ 23
|
255.255.254.0
|
512
|
x.x.x.0
/ 22
|
255.255.252.0
|
1.024
|
x.x.x.0
/ 21
|
255.255.248.0
|
2.048
|
x.x.x.0
/ 20
|
255.255.240.0
|
4.096
|
x.x.x.0
/ 19
|
255.255.224.0
|
8.192
|
x.x.x.0
/ 18
|
255.255.192.0
|
16.384
|
x.x.x.0
/ 17
|
255.255.128.0
|
32.768
|
x.x.0.0
/ 16
|
255.255.0.0
|
65.536
|
x.x.0.0
/ 15
|
255.254.0.0
|
131.072
|
x.x.0.0
/ 14
|
255.252.0.0
|
262.144
|
x.x.0.0
/ 13
|
255.248.0.0
|
524.288
|
x.x.0.0
/ 12
|
255.240.0.0
|
1.048.576
|
x.x.0.0
/ 11
|
255.224.0.0
|
2.097.152
|
x.x.0.0
/ 10
|
255.192.0.0
|
4.194.304
|
x.x.0.0
/ 9
|
255.128.0.0
|
8.388.608
|
x.0.0.0
/ 8
|
255.0.0.0
|
16.777.216
|
x.0.0.0
/ 7
|
254.0.0.0
|
33.554.432
|
x.0.0.0
/ 6
|
252.0.0.0
|
67.108.864
|
x.0.0.0
/ 5
|
248.0.0.0
|
134.217.728
|
x.0.0.0
/ 4
|
240.0.0.0
|
268.435.456
|
x.0.0.0
/ 3
|
224.0.0.0
|
536.870.912
|
x.0.0.0
/ 2
|
192.0.0.0
|
1.073.741.824
|
x.0.0.0
/ 1
|
128.0.0.0
|
2.147.483.648
|
Tabel 1.7 CIDR, Subnetmask dan Jumlah host
4. JENIS
PENGALAMATAN IP
a)
IP
versi 4 (IPv4)
IPv4 terdiri dari 32 bit bilangan
biner yang terbagi dalam 4 oktet masing-masing octet terdiri dari 8 bit (1
byte). Setiap byte dituliskan dalam bilangan desimal antara 0 – 255 (28-1) untuk
mempermudah dan menyederhanakan penulisan.
b)
IP
versi 6 (IPv6)
lamat IP versi 6 (sering disebut sebagai alamat IPv6)
adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol
jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol Internet versi 6.
Panjang totalnya adalah 128-bit, dan
secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4 x 1038 host komputer di
seluruh dunia. Contoh alamat IPv6 adalah
21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit,
memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat
yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan
habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk infrastruktur routing yang
disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan
tabel routing. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai
tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam
IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix. Dalam IPv6,
alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan
ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan
heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya,
format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan
colon-hexadecimal format.
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6
dalam bentuk bilangan biner :
00100001110110100000000011010011000000000000000000101111001110110000001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk
notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas dibagi ke dalam 8
buah blok berukuran 16-bit :
0010000111011010 0000000011010011
0000000000000000 0010111100111011
0000001010101010 0000000011111111
1111111000101000 1001110001011010
Lalu, setiap blok berukuran 16-bit
tersebut dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan
heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil
konversinya adalah sebagai berikut :
21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a
lamat di atas juga dapat
disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang
berukuran 16-bit di atas, dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan
membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi :
21da:d3:0:2f3b:2aa:ff:fe28:9c5a
Gambar
1.3 Penyederhanaan bentuk alamat IPv6
Konvensi pengalamatan IPv6 juga
mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yakni dengan membuang banyak
karakter 0, pada sebuah alamat yang banyak angka 0-nya. Jika sebuah alamat IPv6
yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung
beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat tersebut dapat disederhanakan
dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (:). Untuk menghindari kebingungan,
penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini hanya bisa digunakan sekali saja di
dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan
berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (:)
yang terdapat dalam alamat tersebut. Tabel 5.2 berikut mengilustrasikan cara penggunaan
hal ini.
ALAMAT
ASLI
|
ALAMAT
ASLI DISEDERHANAKAN
|
ALAMAT
SETELAH DIKOMPRES
|
fe80:0000:0000:0000:02aa:00ff:fe9a:4ca2
|
fe80:0:0:0:2aa:ff:fe9a:4ca2
|
fe80::2aa:ff:fe9a:4ca2
|
ff02:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0002
|
ff02:0:0:0:0:0:0:2
|
ff02::2
|
Tabel 1.8 Penyederhanaan IPv6
5.
PERHITUNGAN SUBNETTING
Ketika
sudah diputuskan untuk memilih sebuah subnet mask, maka kita perlu untuk
menentukan beberapa hal yaitu: jumlah subnet, host yang valid, dan alamat
broadcast. Pertanyaan-pertanyaan atau kasus-kasus yang harus diselesaikan pada
subnetting yaitu :
Ø
Berapa
jumlah subnet yang dihasilkan?
Ø
Berapa
jumlah host yang valid untuk setiap subnet?
Ø
Mana
sajakah subnet-subnet yang valid?
Ø
Alamat
broadcast dari setiap subnet adalah?
Ø
Manakah
host-host yang valid untuk setiap subnet?
a)
Contoh
soal subnetting kelas C
Misal
untuk melakukan subnetting pada alamat jaringan 192.168.1.0 dengan subnet mask 255.255.255.192
maka bentuk dari subnet mask tersebut adalah
11111111.11111111.11111111.110000000
Jawaban
untuk pertanyaan diatas adalah
Ø
Berapa
jumlah subnet yang dihasilkan?
Jumlah
subnet = 2x
Dimana
x adalah jumlah bit 1 (satu) dalam subnet mask terakhir. Akan kita ambil oktet
terakhirnya, 11000000. Sehingga dapat kita tentukan bahwa :
Jumlah
subnet = 2x, adalah 22 = 4 subnet
Ø
Berapa
jumlah host yang valid untuk setiap subnet?
Jumlah
host per-subnet = 2y-2
Dimana
y adalah jumlah angka 0 (nol). Dari oktet terakhir 11000000, dapat kita
tentukan bahwa :
Jumlah
host valid/subnet = 26 – 2 = 62 host
Ø
Mana
sajakah subnet-subnet yang valid?
Sebelumnya
harus kita tentukan ukuran blok subnetnya. Dari contoh diatas maka ukuran blok
per subnet adalah 256 – 192 = 64. Kita mulai dari 0 dengan menambahkannya
dengan ukuran bloknya, hingga mencapai angka subnet masknya (dari contoh diatas
adalah 192)
0
+ 64 = 64 = valid
64
+ 64 = 128 = valid
128
+ 64 = 192 = tidak valid
Tetapi
blok 192 akan menjadi tidak valid karena semua bit-nya adalah 1. Sehingga dua subnet
yang valid adalah 64 dan 128
Ø
Alamat
broadcast dari setiap subnet adalah?
Adalah
nomor yang tepat sebelum subnet yang selanjutnya (subnet selanjutnya - 1). Sehingga
alamat broadcast dari tiap subnet adalah
Subnet
64 = 127
Subnet
128 = 191
Ø
Manakah
host-host yang valid untuk setiap subnet?
Akan
menjadi lebih mudah jika kita gunakan dalam bentuk tabel.
Network
ID
|
IP
Valid
|
Broadcast ID
|
192.168.1.64
|
192.168.1.65
– 192.168.1.126
|
192.168.1.127
|
192.168.1.128
|
192.168.1.129
– 192.168.1.190
|
192.168.1.191
|
Maka
didapatkan bahwa host yang valid untuk
Ø
Subnet
64 adalah antara 65 - 126, atau lengkapnya 192.168.1.65 – 192.168.126 dengan
alamat broadcast 127 (192.168.1.127)
Ø
Subnet
128 adalah antara 129-190, atau lengkapnya 192.168.1.129 – 192.168.190 dengan
alamat broadcast 191 (192.168.1.191)
b)
Contoh
soal subnetting kelas B
SOAL TERTULIS
1. Pengalamatan IP terbagi menjadi 2
yaitu
- Pengalamatan secara
logis (logical addressing)
- Pengalamatan
secara fisik (physical addressing)
Bandingkanlah dari 2 (dua) pengalamatan IP diatas !
2. IP Address dipisahkan menjadi 2 bagian
yaitu Network ID dan Host ID. Pembagian Net ID dan Host ID disesuaikan dengan
kelas - kelas IP.
Dari soal berikut, identifikasi dan tentukanlah Network
ID, Host ID, Kelas IP dan Subnetmask nya !
a) 10.8.15.1 f) 53.6.11.9
b) 192.168.77.45 g) 191.70.3.5
c) 170.62.4.10 h) 200.72.2.18
d) 223.5.20.3 i) 98.15.15.85
e) 125.22.10.6 j) 172.55.8.2
3. Beri
contoh dan ceritakan sebuah analogi subnetting yang ada di kehidupan sehari –
hari kita !
Komentar
Posting Komentar