MATERI KOMPUTER DAN JARINGAN DASAR KD 3.12

DOWNLOAD


A.     URAIAN MATERI PERTEMUAN 1

1.      IP ADDRESS
IP Address adalah alamat atau identitas logis yang unik dari sebuah komputer atau host dalam sebuah jaringan. Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interface komputer. Jika suatu komputer memiliki lebih dari satu interface (misalkan menggunakan dua ethernet) maka kita harus memberi dua IP address untuk komputer tersebut masing-masing untuk setiap interfacenya.. IP Address yaitu pengalamatan secara logis (logical addressing) berbeda dengan pengalamatan pada datalink layer dimana pada layer ini terdapat pengalamatan secara fisik (physical addressing) yang dikenal dengan MAC Address. Dimana MAC Addres ini diberikan secara unik dan khusus oleh vendor pembuat hardware. IP Address menggunakan format desimal dan memiliki panjang 32 bit (IPv4) dan 128 bit (IPv6).
a)     Format Penulisan IP Address
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai 11111111.11111111. 11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Desimal
167
205
206
100
Biner
10100111
11001101
11001110
01100100
Tabel 1.1 Hubungan IP Address dalam format Biner dan Desimal

b)     Pembagian Kelas IP Address
Jumlah IP Address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelaskelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu. IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni


bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam subnetsuatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :
1)     KELAS A
Bit pertama IP Address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar berikut ini :
0-127
0-255
0-255
0-255
0nnnnnnn
hhhhhhhh
hhhhhhhh
hhhhhhhh
Tabel 1.2  IP Address Kelas A

2)     KELAS B
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai antara 128-191.Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID = 26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.




128-191
0-255
0-255
0-255
10nnnnnn
nnnnnnnn
Hhhhhhhh
hhhhhhhh
Tabel 1.3  IP Address Kelas B

3)     KELAS C
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 host.
192-223
0-255
0-255
0-255
110nnnnn
Nnnnnnnn
nnnnnnnn
Hhhhhhhh
Tabel 1.4  IP Address Kelas C

4)     KELAS D
IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host ID.

5)     KELAS E
IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.

c)     Address Khusus
Selain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host.Address tersebut adalah :
1)    Network Address. Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B 192.168.9.35. Tanpa memakai subnet (akan diterangkan kemudian), network address dari host ini adalah 192.168.0.0.



      
       Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi routing pada Internet. Router cukup melihat network address (192.168) untuk menentukan ke router mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses pengantaran surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.
2)     Broadcast Address. Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut,sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan meningkat dan beban kerjas host pengirim bertambah, padahal isi datagram-datagram tersebut sama.Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP address untuk host tertentu.
3)     Multicast Address. Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast.Artinya, datagram / paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP Address sama dengan destination address pada datagram yang akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk seluruh host pada suatu jaringan, maka field address tujuan ini akan berisi alamat broadcast dari jaringan yang bersangkutan. Dari dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberap host sekaligus (host group), dengan hanya mengirim satu


 datagram saja. Namun berbeda dengan mode broadcast, hanya host-host yang tergabung dalam suatu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karen itu, dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan aplikasi bersama mendapatkan satu multicast address. Struktur kelas multicast address dapat dilihat pada gambar berikut :
224-239
0-255
0-255
0-255
1110xxxx
xxxxxxxx
xxxxxxxx
Xxxxxxxx
Tabel 1.5  Struktur kelas multicast address

Untuk keperluan multicast, sejumlah IP Address dialokasikan sebagai multicast address. Jika struktur IP Address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255), maka IP Address merupakan multicast address. Alokasi ini ditujukan untuk keperluan group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah host-host yang ingin bergabung dalam group tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet. namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyerupai suatu backbone, maka jaringan multicast ini dikenal pula sebagai Multicast Backbone (MBone).

d)     Aturan Dasar Pemilihan network ID dan host ID
Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang digunakan :
Ø  Network ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
Ø  Network ID dan host id tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.
Ø  Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan bukan suatu host.

Ø  Host ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama

e)     Subnet Mask
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa alamat IP terdiri dari 2 bagian, yaitu alamat jaringan dan alamat host. Subnet mask atau netmask digunakan untuk menentukan bagian manakah dari sebuah alamat yang merupakan alamat jaringan dan bagian manakah yang merupakan alamat host. Subnet mask direpresentasikan dengan nilai 1 dan 0 dimana bagian dengan nilai 1 merepresentasikan alamat jaringan sedangkan yang memiliki nilai 0 merupakan alamat hostnya, untuk mempermudah maka direpresentasikan dalam bentuk desimal. Tidak semua jaringan membutuhkan subnet, dalam hal ini berarti jaringan tersebut menggunakan sebuah subnet mask default. Tabel dibawah ini menunjukkan subnet mask default untuk masing-masing kelas A, B, dan C. Subnet default untuk masing-masing kelas ini tidak dapat diubah. Maksudnya adalah kita tidak bisa menggunakan sebuah subnet 255.0.0.0 untuk sebuah kelas B, jika kita mencobanya maka alamat tersebut akan menjadi tidak valid.
Kelas
Format
Subnetmask Default
A
N.H.H.H
255.0.0.0
B
N.N.H.H
255.255.0.0
C
N.N.N.H
255.255.255.0
Tabel 1.6  Subnetmask Default

Sebagai contoh, untuk alamat IP 192.168.1.10 dengan subnet mask 255.255.255.0, berarti alamat jaringan dari IP tersebut adalah 192.168.1.0, sedangkan alamat hostnya adalah 0.0.0.10.

2.      SUBNETTING
Dalam sebuah jaringan komputer, sekelompok komputer dan peralatan jaringan yang memiliki routing prefix IP address yang sama dinamakan sebuah subnetworks atau subnet. Dengan menggunakan subnetting, sebuah jaringan yang besar bisa dipecah dan dibentuk menjadi sebuah jaringan-jaringan yang lebih kecil. Proses tersebut dinamakan dengan subnetting. Subnetting memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

Ø  Berkurangnya lalu lintas jaringan. Untuk mengkomunikasikan beberapa subnet dalam sebuah jaringan, maka kita harus menggunakan sebuah router. Dengan adanya router, maka semua lalu lintas hanya akan berada didalam jaringan tersebut, kecuali jika paket tersebut ditujukan kepada jaringan yang lainnya.
Ø  Kerja jaringan yang optimal. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya lalu lintas jaringan
Ø  Pengelolaan yang sederhana. Akan lebih mudah bagi kita untuk mengelola sebuah jaringan kecil-kecil yang saling terisolasi jika dibandingkan dengan mengelola sebuah jaringan tunggal yang sangat besar
Ø  Membantu pengembangan jaringan dengan jarak geografis yang jauh. Karena jalur dalam WAN yang lebih lambat dan mahal, maka sebuah jaringan yang mencakup jarak yang jauh akan menciptakan masalah masalah diatas. Sehingga menghubungkan banyak jaringan kecil akan menjadi lebih efisien
Subnetting dapat dianalogikan seperti dalam kehidupan sehari hari misalkan sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Gambar 1.1 Analogi Subnetting dalam kehidupan sehari – hari (1)

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:





Gambar 1.2 Analogi Subnetting dalam kehidupan sehari – hari (2)

Pada sebuah jaringan yang besar, tanpa adanya subnetting, lalu lintas paket dalam jaringan bisa mencapai nilai rata-rata yang cukup tinggi, yang banyak disebabkan oleh terjadinya collision pada sebuah jaringan Ethernet. Selain itu. subnetting membantu juga dalam mengatasi masalah keterbatasan jumlah host dalam IPv4, dimana jumlah maksimal alamat IP yang dimungkinkan adalah sebanyak 232 alamat IP. Mengingat bahwa setiap mesin yang terhubung ke dalam internet haruslah memiliki alamat yang unik, maka jika dilihat maka jumlah tersebut tidak mungkin akan cukup untuk seluruh mesin yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, jika dilihat dari posisinya didalam sebuah jaringan, sebuah alamat IP dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Ø  IP publik yaitu alamat IP yang langsung terhubung kedalam internet, dimana IP tersebut bersifat unik di keseluruhan jaringan internet.
Ø  IP private yaitu alamat IP yang bersifat tidak umum, yang hanya dikenali oleh jaringan lokal saja. Agar dapat terhubung ke internet dibutuhkan beberapa server yang bisa digunakan untuk mengkonversi alamat kita sehingga terhubung kedalam internet





3.      CIDR
CIDR (Classless InterDomain Routing (CIDR)) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengkategorikan alamat IP dengan tujuan untuk mengalokasikan alamat IP kepada pengguna dan untuk efisiensi dalam proses routing paket-paket IP di dalam jaringan komputer. Metode ini biasanya digunakan oleh Internet Service Provider (ISP) untuk mengalokasikan alamat kepada sebuah rumah, perusahaan atau ke seorang pelanggan. Ketika kita menerima sebuah blok alamat dari ISP, umumnya kita akan menerima dalam bentuk 192.168.1.10/28. Maksud dari angka-angka tersebut adalah bahwa kita berada pada subnet 28. Hal ini berarti kita menggunakan sebanyak 28 angka 1 pada netmask (11111111.11111111.11111111.11110000) atau berarti subnet mask kita adalah menjadi 255.255.255.240. Notasi CIDR juga mempresentasikan subnetmask, yang biasanya menggunakan tanda “/” di belakang sebuah alamat IP dan diiikuti oleh angka yang menyatakan jumlah angka 1 dari netmasknya, sebagai contoh : 192.168.1.10/24 Alasan adanya CIDR adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu hanya ada 3 kelas penggolongan alamat IP.
Dimana masing-masing kelas memiliki jumlah maksimal alamat tertentu. Ambil sebuah contoh dimana sebuah organisasi dengan jumlah komputer yang harus terhubung ke jaringan adalah sebanyak 1000 komputer. Jika digunakan kelas C, yang maksimal adalah 256 host, maka jumlah tersebut tidak cukup untuk mengalamati seluruh komputer tersebut. Jika kita gunakan kelas B, yang maksimal jumlah hostnya adalah 65536, maka sisanya sangat banyak dan akan terbuang percuma yang berakibat tidak efisiennya proses routing. CIDR menggunakan VLSM (Variable-Length Subnet Masks) untuk mengalokasikan alamat IP sesuai dengan kebutuhannya, daripada menggunakan mengikuti aturan-aturan kelas-kelas A, B dan C dalam jaringan. Sehingga pembagian jaringan atau host dapat dilakukan dengan menggunakan pada semua bit yang ada pada alamat. Perlu diingat bahwa penggunaan subnet mask maksimal adalah /30, karena sebuah jaringan paling tidak harus menyimpan dua buah bit sebagai bit dari host. Dan dalam sebuah jaringan, tidak semua alamat bisa kita gunakan sebagai alamat host. Setidaknya terdapat dua buah alamat tidak bisa kita gunakan, yaitu alamat pertama yang akan menjadi alamat jaringan tersebut dan alamat terakhir yang akan menjadi alamat broadcast dari jaringan tersebut.






IP / CIDR
Subnetmask
Jumlah host
x.x.x.x / 30
255.255.255.252
4
x.x.x.x / 29
255.255.255.248
8
x.x.x.x / 28
255.255.255.240
16
x.x.x.x / 27
255.255.255.224
32
x.x.x.x / 26
255.255.255.192
64
x.x.x.x / 25
255.255.255.128
128
x.x.x.x / 24
255.255.255.0
256
x.x.x.0 / 23
255.255.254.0
512
x.x.x.0 / 22
255.255.252.0
1.024
x.x.x.0 / 21
255.255.248.0
2.048
x.x.x.0 / 20
255.255.240.0
4.096
x.x.x.0 / 19
255.255.224.0
8.192
x.x.x.0 / 18
255.255.192.0
16.384
x.x.x.0 / 17
255.255.128.0
32.768
x.x.0.0 / 16
255.255.0.0
65.536
x.x.0.0 / 15
255.254.0.0
131.072
x.x.0.0 / 14
255.252.0.0
262.144
x.x.0.0 / 13
255.248.0.0
524.288
x.x.0.0 / 12
255.240.0.0
1.048.576
x.x.0.0 / 11
255.224.0.0
2.097.152
x.x.0.0 / 10
255.192.0.0
4.194.304
x.x.0.0 / 9
255.128.0.0
8.388.608
x.0.0.0 / 8
255.0.0.0
16.777.216
x.0.0.0 / 7
254.0.0.0
33.554.432
x.0.0.0 / 6
252.0.0.0
67.108.864
x.0.0.0 / 5
248.0.0.0
134.217.728
x.0.0.0 / 4
240.0.0.0
268.435.456
x.0.0.0 / 3
224.0.0.0
536.870.912
x.0.0.0 / 2
192.0.0.0
1.073.741.824
x.0.0.0 / 1
128.0.0.0
2.147.483.648

Tabel 1.7  CIDR, Subnetmask dan Jumlah host

4.      JENIS PENGALAMATAN IP
a)         IP versi 4 (IPv4)
IPv4 terdiri dari 32 bit bilangan biner yang terbagi dalam 4 oktet masing-masing octet terdiri dari 8 bit (1 byte). Setiap byte dituliskan dalam bilangan desimal antara 0 – 255 (28-1) untuk mempermudah dan menyederhanakan penulisan.
b)         IP versi 6 (IPv6)
lamat IP versi 6 (sering disebut sebagai alamat IPv6) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol Internet versi 6.




Panjang totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4 x 1038 host komputer di seluruh dunia. Contoh alamat IPv6 adalah 21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix. Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format.
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner :
00100001110110100000000011010011000000000000000000101111001110110000001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit :

0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011
0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010

Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut :

21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a

lamat di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit di atas, dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi :

21da:d3:0:2f3b:2aa:ff:fe28:9c5a




Gambar 1.3 Penyederhanaan bentuk alamat IPv6

Konvensi pengalamatan IPv6 juga mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yakni dengan membuang banyak karakter 0, pada sebuah alamat yang banyak angka 0-nya. Jika sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (:). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini hanya bisa digunakan sekali saja di dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (:) yang terdapat dalam alamat tersebut. Tabel 5.2 berikut mengilustrasikan cara penggunaan hal ini.

ALAMAT ASLI
ALAMAT ASLI DISEDERHANAKAN
ALAMAT SETELAH DIKOMPRES
fe80:0000:0000:0000:02aa:00ff:fe9a:4ca2
fe80:0:0:0:2aa:ff:fe9a:4ca2
fe80::2aa:ff:fe9a:4ca2
ff02:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0002
ff02:0:0:0:0:0:0:2
ff02::2

Tabel 1.8  Penyederhanaan IPv6

5.      PERHITUNGAN SUBNETTING
Ketika sudah diputuskan untuk memilih sebuah subnet mask, maka kita perlu untuk menentukan beberapa hal yaitu: jumlah subnet, host yang valid, dan alamat broadcast. Pertanyaan-pertanyaan atau kasus-kasus yang harus diselesaikan pada subnetting yaitu :
Ø  Berapa jumlah subnet yang dihasilkan?
Ø  Berapa jumlah host yang valid untuk setiap subnet?




Ø  Mana sajakah subnet-subnet yang valid?
Ø  Alamat broadcast dari setiap subnet adalah?
Ø  Manakah host-host yang valid untuk setiap subnet?

a)     Contoh soal subnetting kelas C
Misal untuk melakukan subnetting pada alamat jaringan 192.168.1.0 dengan subnet mask 255.255.255.192 maka bentuk dari subnet mask tersebut adalah
11111111.11111111.11111111.110000000
Jawaban untuk pertanyaan diatas adalah
Ø   Berapa jumlah subnet yang dihasilkan?
Jumlah subnet = 2x
Dimana x adalah jumlah bit 1 (satu) dalam subnet mask terakhir. Akan kita ambil oktet terakhirnya, 11000000. Sehingga dapat kita tentukan bahwa :
Jumlah subnet = 2x, adalah 22 = 4 subnet
Ø   Berapa jumlah host yang valid untuk setiap subnet?
Jumlah host per-subnet = 2y-2
Dimana y adalah jumlah angka 0 (nol). Dari oktet terakhir 11000000, dapat kita tentukan bahwa :
Jumlah host valid/subnet = 26 – 2 = 62 host
Ø   Mana sajakah subnet-subnet yang valid?
Sebelumnya harus kita tentukan ukuran blok subnetnya. Dari contoh diatas maka ukuran blok per subnet adalah 256 – 192 = 64. Kita mulai dari 0 dengan menambahkannya dengan ukuran bloknya, hingga mencapai angka subnet masknya (dari contoh diatas adalah 192)
0 + 64 = 64 = valid
64 + 64 = 128 = valid
128 + 64 = 192 = tidak valid
Tetapi blok 192 akan menjadi tidak valid karena semua bit-nya adalah 1. Sehingga dua subnet yang valid adalah 64 dan 128
Ø   Alamat broadcast dari setiap subnet adalah?
Adalah nomor yang tepat sebelum subnet yang selanjutnya (subnet selanjutnya - 1). Sehingga alamat broadcast dari tiap subnet adalah
Subnet 64 = 127
Subnet 128 = 191




Ø   Manakah host-host yang valid untuk setiap subnet?
Akan menjadi lebih mudah jika kita gunakan dalam bentuk tabel.
Network ID
IP Valid
Broadcast ID
192.168.1.64
192.168.1.65 – 192.168.1.126
192.168.1.127
192.168.1.128
192.168.1.129 – 192.168.1.190
192.168.1.191

Maka didapatkan bahwa host yang valid untuk
Ø  Subnet 64 adalah antara 65 - 126, atau lengkapnya 192.168.1.65 – 192.168.126 dengan alamat broadcast 127 (192.168.1.127)
Ø  Subnet 128 adalah antara 129-190, atau lengkapnya 192.168.1.129 – 192.168.190 dengan alamat broadcast 191 (192.168.1.191)

b)     Contoh soal subnetting kelas B
SOAL TERTULIS
1.      Pengalamatan IP terbagi menjadi 2 yaitu
-    Pengalamatan secara logis (logical addressing)
-    Pengalamatan secara fisik (physical addressing)
Bandingkanlah dari 2 (dua) pengalamatan IP diatas !
2.      IP Address dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu Network ID dan Host ID. Pembagian Net ID dan Host ID disesuaikan dengan kelas - kelas IP.
Dari soal berikut, identifikasi dan tentukanlah Network ID, Host ID, Kelas IP dan Subnetmask nya !
a)    10.8.15.1                                f)     53.6.11.9
b)    192.168.77.45                        g)    191.70.3.5
c)    170.62.4.10                            h)    200.72.2.18
d)    223.5.20.3                              i)     98.15.15.85
e)    125.22.10.6                            j)     172.55.8.2

3.    Beri contoh dan ceritakan sebuah analogi subnetting yang ada di kehidupan sehari – hari kita !






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Tabel pada My Sql menggunakan Command promt (CMD)

Cara Membuat Database Kampus dan Table Mahasiswa Lewat phpMyAdmin

Cara Menampilkan Data dari Database ke HTML